source : surat pembaca - harian umum kabar banten 11/11/2016
Pahlawan adalah sesorang yang berjuang untuk sebuah kebenaran. Ada banyak pahlawan yang perlu kita kenang jasanya dalam memerdekakan Negara Indonesia ini. Mereka bahu membahu menyingsingkan lengan untuk mengusir para penjajah dari negeri ini. Dan atas berkat jasa merekalah kita mampu menghirup udara kebebasan dan kemerdekaan di negeri ini.
Namun, dibalik banyaknya sosok pahlawan yang berjuang demi memerdekakan Indonesia, tak sedikit pula pahlawan yang berjuang memerangi kebodohan di Indonesia. Salah satunya ialah Ki Hadjar Dewantara, ia berjuang mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk mencerdaskan bangsa Indonesia. Ia mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan kultur Indonesia agar tidak hanya membentuk pribadi cerdas melainkan juga membentuk pribadi yang berkarakter.
Begitu banyak perjuangan Ki Hadjar Dewantara, sosok pahlawan pendidikan Indonesia. Perjuanganya tidak berhenti sampai Indonesia merdeka atau bahkan sampai sekarang. Perjuangan dan ilmunya terus diturunkan kepada sosok pahlawan-pahlawan negeri yang baru, para perintis masa depan, merekalah guru-guru Indonesia, pahlawan selanjutnya.
“Pahlawan tanpa tanda jasa” itulah sebutan bagi seorang guru. Mereka dengan ikhlas memberikan ilmu kepada putra putri bangsa. Dengan sabar terus mendidik dan membimbing anak Indonesia. Mereka mengatur waktu mereka untuk membimbing anak-anak yang bukan anak kandung mereka tanpa dibeda-bedakan status dan sebagainya. Tujuannya hanya ingin melaksanakan kewajiban udan melaksanakan tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Merekalah penerus Ki Hadjar Dewantara, sang pahlawan pendidikan.
Namun sayangnya, terkadang kita lengah oleh fakta-fakta diatas. Terkadang kita terlalu sering menghakimi dan memutuskan presepsi dari sudut pandang kita sendiri. Ketika kita menjumpai anak yang tidak terlalu pandai dalam satu bidang pelajaran atau kalah bersaing dengan anak dari sekolah lain, lantas kita dengan mudahnya men-jugde guru sebagai oknum dari kegagalan mereka, sungguh itu adalah sebuah kesalahan. Karena bisa saja anak tersebut tidak memiliki minat di bidang itu tetapi memiliki minat dan keahlian di bidang lainnya.
Sejatinya untuk menmutuskan kecerdasan seorang anak, kita harus lebih dahulu mengenal kepribadian setiap anak. Tidak semua anak memiliki minat dan kecendrungan terhadap suatu bidang pelajaran, bisa jadi mereka tidak pandai di bidang ini namun unggul di bidang lainnya. Apakah kita sadar akan itu ? Apakah kita tahu minat tiap anak yang kita jumpai ? Lain halnya dengan guru, mereka diharuskan untuk bisa mendidik dan bukan hanya mengajar siswanya, mereka mencari dan menggali potensi dan kecendrungan setiap anak hingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan pendidikan pada tiap-tiap anak tersebut. Bayangkan jika dalam satu kelas ada 40 siswa, lantas guru harus memahami ke-40 kepribadian siswa dalam kurun waktu yang singkat dengan berbagai pendekatan dan metode pendidikan. Sungguh, itu bukan perkara yang mudah.
Setelah membaca tulisan ini, sebagian orang mungkin berpendapat bahwa memang itu sudah menjadi tugas seorang guru, itu merupakan kewajiban mereka dan sama sekali bukan kewajiban mereka. Namun sayangnya tiap orang lahir untuk menjadi guru, guru bagi anak-anaknya kelak.
Oleh karena itu, saatnya kita membuka mata kita. Untuk mengenang jasa pahlawan di hari pahlawan ini, marilah kita sadari betapa besar perjuangan dan jasa seorang guru terhadap bangsa Indonesia ini. Berbagai tokoh dan profesi telah dicetaknya , dokter, pilot, guru, presiden, pejabat, menteri dan yang lainnya lahir dari guru-guru yang luar biasa yang memberikan mereka berjuta ilmu yang tak ternilai harganya. Tanpa seorang guru mereka bukanlah apa-apa. Jadi saatnya kita menghargai jasa seorang guru karena merekalah pahlawan pendidikan selanjutnya, sang penerus Ki Hadjar Dewantara. Selamat hari Pahlawan, wahai guruku.
Rifda Risydiani Utami
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika
UNTIRTA Serang
0 komentar:
Posting Komentar