Tipe kedua adalah Moneyprotective Parents yaitu Orang tua yang optimis menuntun anaknya kepada harta yang mereka miliki. Lebih tepatnya, mengajarkan segalanya dengan materi. Membesarkan anak dengan ATM, kasih sayang dengan liburan ke luar negeri, menghadiahi anak berupa rumah, motor, mobil, dan puluhan hadiah lainya tanpa diundi. Sekilas akan terlihat seperti ajaran moral mahal. Padahal, sebenarnya itu hanyalah trik supaya Orang tua tidak terlalu ambil pusing dalam mengurus anaknya. Akan sah-sah saja memfasilitasi anak lebih dari cukup, asalkan tidak mengurangi rasa kasih sayang sesungguhnya serta terus memantau perkembangan anaknya. Jika tidak, anak akan mendapatkan dampak yang cukup bahaya seperti serta merta hidup glamor. Budaya hidup foya-foya, dan kesenangan dunia lainnya. Biasanya, anak yang dibekali pola hidup demikian cenderung kurang kasih sayang. Dari hal itu, maka anak akan kurang mendapatkan motivasi untuk belajar, sekolah dan meraih prestasi. Bahkan fatalnya anak merasa pendidikan bisa dibeli dengan harta. Padahal bukan itu pointnya, tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah menjadikan seorang individu menjadi pribadi yang berkarakter.
Tipe ketiga adalah Fighterprotective Parents, yaitu orang tua yang tidak bisa menjaga privasi konflik dengan apik. Dimanapun mereka bersama, selalu terlihat enggan berharmonis. Setiap waktu, ayah dan ibu selalu berselisih paham. Intinya, pertengkaran besar yang disebabkan hal-hal kecil. Biasanya jika pertengkaran sering terjadi, maka mereka tidak bisa menutup-nutupinya lagi kepada anaknya. Mereka akan melakukan kekerasan secara blak-blakan didepan mata anak-anaknya. Anakpun tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut stress, ketakutan, dan bengong. Dampaknya, si anak bisa mengalami gangguan psikologi dan mental anak sehingga menjadikan anak kurang bergairah dalam belajar, karena pikirannya tertuju kepada orang tuanya. Bahkan bisa jadi anak tersebut mengalami traumatis dan tidak ingin berkeluarga.
Tipe keempat adalah Orang tua yang tidak terlalu mempermasalahkan kehadiran anaknya. ‘Bodo amat’ kata yang cocok untuk mewakilkan tipe Orang tua ini. Awalnya, Orang tua tipe ini bermodus memberikan kebebasan. Anak diperbolehkan untuk melakukan segala hal termasuk hal yang mengundang kesuraman. Pada akhirnya, Orang tua akan benar-benar melepas tanpa menarik anaknya kembali ke pangkuanya. Tidak peduli anaknya sudah makan atau belum, sehat atau sakit, masih hidup atau tidak. Mau anaknya tidak pulang dua dekade juga tidak akan dicari. Maka secara otomatis, anak kehilangan motivator terbesarnya untuk belajar. Seorang anak kehilangan penyemangat sehingga ia akan lebih sulit berkembang dibandingkan anak lainnya. Namun mungkin tipe ini tidak banyak ditemukan.
Tipe kelima adalah perfect parents atau orang tua sempurna. Pada tipe ini, orang tua berlaku sebagaimana mestinya, mereka menjaga, merawat, mengasihi dan mendidik anak dengan sepenuh hati. Mereka senantiasa menjadi guru dan sahabat bagi anak mereka. Dengan adanya mereka, anak merasa nyaman berada di rumah. Jika seorang anak memiliki tipe orang tua seperti ini, maka dalam bidang pendidikannya pun mereka akan mendapatkan dukungan moral dari kedua orang tuanya untuk terus maju dan berusaha. Sebagian besar orang tua berusaha memiliki tipe perfect parents ini.
Sebetulnya, masih banyak lagi tipe-tipe Orang tua diluar sana yang belum kita ketahui. Pada dasarnya mereka pasti punya cara tersendiri untuk mendidik anak-anaknya asalkan tidka keluar dari norma-norma yang berlaku. Mereka punya cara tersendiri dalam memberikan kasih sayang kepada anaknya. Setidaknya mereka masih bisa memberikan kebahagiaan yang setara dan selayaknya manusia. Dari semua tipe yang sudah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua merupakan peran terpenting dalam pembentukkan karakter dan pendidikan anak. Terlalu memproteksi anak bukan menjadi hal yang baik, harta dari Orang tua pun belum tentu bisa memanjakan anaknya secara batiniah. Sebagaimana mestinya anak membutuhkan kasih sayang serta perhatian yang tulus dari orang tua. Namun, seburuk apapun Orang tua, tetap saja mereka tidak ingin anaknya menjadi ikut buruk juga. Dan, keharmonisan keluarga adalah awal dari keluarga yang bahagia. Oleh karena itu untuk membentuk prestasi anak di semua bidang khususnya pendidikan, hendaknya orang tua berusaha menjadi yang terbaik bagi anaknya, menjadi fasilitator, guru, sahabat dan peran lainnya. Orang tua tidak boleh melepas anaknya begitu saja, mereka tetap perlu dikontrol dalam masa perkembangannya.
Referensi :
http://apaitu.hol.es/artikel/5-macam-tipe-orang-tua/
http://apaitu.hol.es/artikel/5-macam-tipe-orang-tua/
0 komentar:
Posting Komentar