"Man Jadda Wajadda"
itulah mantra yang sangat dipuji puji dalam film negeri 5 menara. "Bahwasanya Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil". Seuntai kata yang pendek tapi memiliki makna yang amat sangat dalam apabila kita merenunginya.
Dari adegan yang ditunjukkan oleh ustad Salman ketika pertama kali mengajar murid barunya menunjukan tentang esensi sebuah perjuangan. Melalui pertunjukan mematahkan kayu dengan sebilah pedang panjang yang sudah berkarat.
Lalu apa yang ingin ditunjukan ustad Salman pada anak muridnya?...bukan persoalan pedang yang tajam atau berkarat yang mampu mematahkan sebongkah kayu tadi. Juga bukan persoalan kekuatan ustad Salman dalam memukulkan pedang itu. Tapi sebuah perjuangan dan kesungguhanlah dalam mengerjakan sesuatu. Itulah yang tersarat dalam adegan "konyol" tersebut. Semuanya tergantung dari seberapa serius kita bekerja dan mengerjakannya. Bukan hanya pedang tajam yang bisa mematahkan kayu, bukan hanya orang berada yang mampu berhasil, tapi sesungguhnya orang yang punya kemauan dan ketekunan serta kesungguhan adalah orang yang akan mudah mencapai keberhasilan itu, walau kemampuan yang dimilikinya kurang atau pas-pasan. Jujur adegan itu cukup mengaduk-aduk emosi saya. Berulang kali mereka mengucapkan kalimat Man Jadda Wajadda...Man Jadda Wajadda...Man Jadda Wajadda...benar-benar membuat saya dan penonton lainya melotot tajam.
Selanjutnya adegan mengharu biru yang ditunjukan oleh sikap Baso (teman Alif dari Sulawesi) yang sangat bijaksana dalam memilih, tidak mengedepankan egois. Ketika dia harus memilih antara kembali ke kampung halaman untuk sebuah tanggung jawab keluarga atau tetap di pesantren demi cita-citanya. Tapi Baso dengan kebijaksanaanya lebih memilih untuk kembali ke kampung halaman demi menjaga neneknya yang sakit karena tak ada lagi yang dapat menjaganya walau urusan masa depannya sempat ditaruhkan, karena tak mungkin melanjutkan pendidikan di pesantren dan menggapai cita-cita beserta Alif dan teman-temannya. Sangat disayangkan seorang Baso yang pandai, percaya diri dan penuh inisiatif, selalu menularkan energi positif terhadap teman-temannya harus meninggalkan sekolah dan cita-citanya demi merawat keluarganya yang sakit. * Melihat adegan ini, mata saya mulai berkaca-kaca.
Satu lagi yang membuat saya kembali meneteskan air mata, ketika melihat adegan Alif dan Ibunya pada saat perpisahan melepas Alif untuk pergi melanjutkan sekolah. Adegan perpisahan antara Alif dengan ibunya mengingatkan kembali beberapa tahun yang lalu, ketika itu saya juga pertama kalinya meninggalkan rumah untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. Waktu itu saya juga diantar ayah. Dan ketika saya sudah dinyatakan lulus/keterima Ayah pun kembali ke rumah. Lagi-lagi air mata saya pun semakin tak terbendung dan ternyata teman disamping saya pun sudah mulai berkaca-kata. :P
Ada lagi kata-kata yang sangat mujarab dari ungkapan ayah Alif ketika memberi penjelasan kepada Alif yang masih ragu untuk bersekolah di Pesantren, ayah Alif menjelaskan bahwa sesuatu itu perlu kita jalani dan kita ketahui dulu sebelum memutuskan mana yang terbaik menurut kita. Intinyaaaa dalam hal apapun kita tak boleh judge sesuatu dulu sebelum kita ketahui baik buruknya. Karena apa yang tidak kita sukai bisa jadi hal itu adalah sebuah jalan terbaik untuk mencapai keberhasilan dan sebaliknya.
Dari film ini terbersit kesan bahwa sebuah mimpi sekecil apapun akan terwujud menjadi sebuah keberhasilan besar bahkan menembus batas jika kita bersungguh-sungguh dan melakukan usaha yang maksimal.“MAN JADDA WA JADDA”.
Doa, usaha, sabar dan tawakal itulah kuncinya.
Referensi :
Film Negeri 5 Menara
http://www.kompasiana.com/review-newgadget.blogspot.com/memetik-hikmah-dari-film-negeri-5-menara_550e58bca33311b62dba81df
http://penaasma.blogspot.co.id/2012/03/memetik-hikmah-dari-film-negeri-5.html
0 komentar:
Posting Komentar