Senin, 03 Oktober 2016

Optimalisasi Pendidikan Anak

Pendidikan merupakan suatu aspek kebutuhan yang penting bagi kehidupan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidkan adalah ladang untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya. Sebagaimana dalam pepatah disebutkan bahwa ilmu merupakan kunci kesuksesan. Ilmu itu sendiri ialah segala informasi yang diterima melalui apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan dalam proses belajar. Sedangkan Proses belajar tidak hanya dilakukan di dalam sebuah ruangan kelas, bisa juga melalui alam sekitar karena belajar merupakan upaya seseorang dalam menyerap segala bentu informasi yang diterima dan dihadapkan padanya. Belajar adalah salah satu bentuk dari pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi yang berkarakter sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada beberapa faktor yang dapat menunjang proses belajar. Baik dari dalam (internal) maupun dari luar individu (eksternal). Beberapa contoh faktor internal diantaranya motivasi, minat dan bakat serta sikap. Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dalam hati seorang individu untuk melakukan suatu hal. Dengan adanya motivasi, seorang anak akan tergerak dan terdorong lebih mudah untuk mencapai apa yang ia inginkan. Motivasi dapat diperoleh dari keluarga maupun lingkungan sosial. Motivasi dari keluarga misalnya dengan memberikan hadiah atau ganjaran ketika anak mampu mendapatkan prestasi yang baik, dengan diberikan hadiah tersebut, anak akan termovasi untuk terus mempertahankan apa yang telah ia raih. Sedangkan contoh motivasi dari lingkungan sosial salah satunya adalah adanya kompetensi yang setingkat dengan kemampuan anak seperti lomba cerdas cermat antar SD, dengan adanya kompetensi tersebut mereka akan lebih terdorong untuk menguasai pengetahuan akan bidang yang dilombakan, tidank hanya ilmu pengetahuan bisa juga dalam konteks seni budaya, olahraga maupun teknologi.

Minat merupakan segala ketertarikan seorang individu terhadap segala hal. Sedangkan bakat merupakan segala sesuatu yang sudah dibawa sejak lahir secara alamiah. Bakat ini bisa terbentuk dari gen atau hereditas, yang mana berarti orang tua memiliki peranan dalam menentukan bakat anak. Namun, bakat tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya minat dari anak tersebut. Tapi sebaliknya jika seorang anak memiliki minat terhadap suatu hal namun tidak memiliki bakat di bidang itu, ia akan tetap dapat meraih apa yang ia inginkan dengan bermodal tekad yang kuat atas apa yang ia sukai. Maka disinilah peran utama keluarga, khususnya orang tua dalam mengenali minat dan bakat yang ada pada diri anaknya, kemudian orang tua berperan langsung sebagai fasilitator sehingga anak dapat dengan mudah mengembangkan minat dan bakatnya.

Sikap merupakan kecenderungan seorang individu melalui perasaa atau pun perbuatan terhadap apa yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi sikap antara lain, keluarga, lingkungan sosial, dan kebudayaan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa anak kecil akan cenderung melakukan apa yang ia lihat dari orang-orang yang ada disekitarnya. Misalnya di Lingkungan keluarga, seorang anak akan melihat dan meniru bagaimana ayah, ibu ataupun kakaknya bersikap. Jika keluarganya mencontohkan perilaku yang baik seperti selalu bangun pagi, merapikan tempat tidur, menyapu dan lain sebagainya, maka anak pun akan senantiasa meniru apa yang dikerjakan oleh keluarganya. Begitupun sebaliknya, jika keluarganya berperilaku malas seperti malas bangun pagi, malas mandi dan sering menunda pekerjaan maka anak pun akan melihat, mengamati serta meniru apa yang ia terima dari keluarganya. Adapun pengaruh dari lingkungan sosial sama seperti keluarga. Hal ini terjadi karena anak tidak 24 jam berada di rumah saja, anak juga senantiasa melakukan interaksi dengan individu lainnya. Jika ditinjau dari budaya bisa terlihat dengan jelas karena masing-masing budaya memiliki sikap yang berbeda, ada yang lembut ada pula yang tegas, ada yang kuat ada juga yang lemah.

Namun tidak hanya faktor internal saja, ada beberapa faktor eksternal juga yang mempengaruhi belajar anak. Faktor pertama adalah keluarga. Keluarga adalah sosok pertama yang dikenal oleh anak, mereka yang senantiasa menjaga, merawat serta membimbing hingga sekarang ini. Waktu yang dihabiskan dengan keluarga lebih banyak dibandingan dengan orang lain. Keluarga bisa memberikan kekuatan moral pada anak ketika ia mengalami kesulitan.

Faktor kedua ialah guru. Guru merupakan orang tua kedua bagi setiap siswa. Guru memiliki peran yang hampir sama dengan orang tua. Guru senantiasa mendidik dan membimbing anak di dalam lingkungan sekolah. Guru mengajarkan kedisiplinan dan kemandirian pada anak dalam proses belajar. Namun, segala apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah tetap harus dibimbing lagi oleh orang tua di rumah. Bisa dalam bentuk memeberikan latihan atau pertanyaan terkait apa yang dijelaskan oleh guru di sekolah. Bukan karena tidak percaya akan kinerja seorang guru, namun itu adalah bentuk kepedulian orang tua terhadap anaknya. Sehingga akan mencetak anak yang rajin dan berkualitas di bidang pendidikan.

Faktor ketiga adalah lingkungan, dimana lingkungan juga memiliki pengaruh besar dalam proses belajar anak. Dari lingkungan anak bisa belajar bagaimana cara bersosialisasi dan berinteraksi antar individu. Bahkan teman bergaul anak juga memberikan pengaruh besar. Jika sorang anak berteman dengan teman yang baik maka ia akan terdorong untuk menjadi anak yang baik pula, begitupun sebaliknya. Sebagaimana yang dikatakan dalam pepatah, jika berteman dengan tukang minyak wangi maka kita akan ikut tercium wanginya, namun jika berteman dengan tukang minyak tanah, maka kita pun akan ikut tercium baunya.

Beberapa faktor internal dan eksternal diatas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi naik-turunnya prestasi belajar anak. Jika ditinjau dari beberapa faktor tersebut, maka jelas bahwa faktor internal seorang anak diperngaruhi oleh kondisi keluarga. Sedangkan dalam Keluarga juga merupakan motivator terbesar seorang anak. Oleh karena itu, mulailah mengoptimalkan peran keluarga agar tercipta pendidikan yang optimal pada setiap anak. Seorang anak akan lebih semangat dan percaya diri untuk belajar ketika berada dalam lingkungan keluarga harmonis yang senantiasa menemani dan memeberikan dukungan moral kepada anak. Sebaliknya, anak akan merasa tidak nyaman dan tidak fokus belajar jika berada dalam lingkungan keluarga kurang harmonis yang kurang memberikan perhatian pada anak.




Referensi :
Undang Undang No.20 Tahun 2003 
Purwanto, M Ngalim, 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

0 komentar:

Posting Komentar

 
;