”Barang siapa yang mengharuskan ia marah (seperti melihat kezaliman) tapi ia tidak marah, maka ia adalah keledai. Barangsiapa yang telah kehilangan kemampuan untuk marah dan melindungi dirinyaa, maka ia adalah orang yang memiliki kekurangan”
Rasulullah SAW merupakan suri tauladan terbaik dalam menahan amarah, beliau hanya akan marah ketika ada umatnya yang melanggar ketetapan dan perintah Allah SAW. Selain itu, beliau akan menahan amarahnya. Dalam sebuah hadist dikatakan : “Wahai Rasulullah, perintahkan akusatu pekerjaan hingga aku dapat sedikit mengerjakannya! Beliau menjawab, jangan marah! Lalu, orang itu bertanya lagi dan beliau kembali menjawab, jangan marah!” (HR. Bukhori)
Abdullah bin Amr juga pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang apa yang dapat menyelamatkannya dari kemurkaan Allah, kemudian Rasulullah senantiasa menjawab, “jangan marah!”. Golonga kedua, Ifrath (berlebih-lebihan), yaitu ketika seseorang marah secara berlebihan seingga melakukan tindakan di luar akal sehat yang melanggar syariat islam. Golongan ketiga, i’tidal (tengah), yaitu bersikap wajar. Disebutkan dalam hadist , “khoirul umuuri ausatuha” yang artinya sebaik-baiknya perkara ialah yang ditengah-tengah. Sesorang yang memiliki tipe ini memiliki emosi dan dapat meluapkan amarahnya. Tipe ini juga mampu mengendalikan amarahnya.
Sedangkan penyakit hati yang bersifat absolut adalah kesombongan, penyakit kesombongan ini akan terjadi ketika seseorang tidak dapat mengendalikan fungsi otaknya. Otak memiliki sifat diatas, selalu disanjung, selalu ingin berkuasa sebab otak adalah ,lambang kecerdasan dan kekuasaan yang berujung kepada kemewahan dan kekuasaan. Namun, kecerdasan hati akan menarik kecerdasan otak agar membumi dan mengingat asal usulnya. Oleh karenanya akan tercapai keseimbangan antara kecerdasan otak dan hati. Inilah kondisi yang ingin dicapai.
Referensi :
Suwardi, Muhammad. 2015. Rahasia Dibalik Penciptaan Organ Tubuh Manusia. Jakarta : Zahira
0 komentar:
Posting Komentar