Interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, ekonomi maupun proses budaya. Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena berbagai faktor atau adanya beberapa unsur-unsur yang berada dalam desa, kota maupun desa dan kota. Kemajuan masayarakat desa, perluasan jaringan jalan desa dan kota, integrasi atau pengaruh kota terhadap desa, kebutuhan timbal balik antara desa dan kota telah memacu adanya interaksi antara desa dan kota (Bintarto,1984:61).
Interaksi antara desa dan kota dapat dibagi menjadi dua kategori:
1. Hubungan antara desa dan kota dalam berbagai ruang (seperti orang, barang, uang, dan informasi);
2. Interaksi sektoral, yang meliputi kegiatan “perkotaan” yang kegiatan tersebut di lakukan di daerah pedesaan (seperti urban agriculture atau yang sering disebut suatu industri yang terletak di dalam kota (intra-urban) atau di pinggiran kota atau kegiatan yang sering diklasifikasikan sebagai desa (seperti manufaktur dan beberapa jasa) yang dilakukan di daerah pedesaan (Panahi, 2015:1).
Meskipun kegiatan ekonomi yang berbeda antara desa dan kota, tetapi interaksi antara desa dan kota saling menguntungkan. Hubungan desa dan kota pada kehidupan pedesaan menimbulkan dampak yang positif,di mana pembangunan pedesaan dan perkotaan yang saling tergantung dan terintegrasi.
Interaksi antara desa dengan kota pada umumnya berkaitan dengan kegiatan dan kebutuhan. Namun interaksi antara masyarakatnya lebih menitik beratkan pada komunikasi dan siklus perputaran penduduk baik dari desa ke kota ataupun dari kota ke desa, hal ini juga meliputi kegiatan masyarakatnya. Interaksi masyarakat desa-kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada di kota dan di desa dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik. Interaksi antara masyarakat desa dengan kota ini dipengaruhi oleh kekuatan perkotaan yang dapat menentukan keberlangsungan kehidupan di desa. Terjadinya interaksi ini tentu saja memiliki faktor penyebab yang dapat mempercepat proses tersebut. Edward Ulman mengemukakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara desa dan kota, antara lain:
a. Adanya wilayah–wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah.
b. Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity) artinya, kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan itu. Adanya campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga) dapat menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antara dua wilayah.
c. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spacial transfer ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor jarak, biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana transportasi. Jadi semakin mudah transferbilitas, maka akan semakin besar arus komoditas (Lutfiana, 2014:16).
Referensi :
Lutfiana. (2014), “Masyarakat Desa dan Kota”. Jurnal ilmu sosial, 16,
Panahi, M. S. (2015). “Interrelationships between urban and rural areas and their effect on rural development in ilam province”, Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, 1
0 komentar:
Posting Komentar